Elegant Themes

Thursday, June 4, 2015

Shock Teraphy buat PSSI

    Persepakbolaan Indonesia kembali masuk dalam sebuah masa yang kelam, dimana tepat pada tanggal 29 Mei 2015 dalam sidang resmi FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI dengan membekukan segala aktifitas Internasional baik Timnas, klub, maupun pemain nasional yang bermain di luar negeri ataupu sebaliknya. Melihat dalam beberapa tahun kebelakang setidaknya sudah 3 kali PSSI dalam ancaman sanksi FIFA, dimana dua ancaman yang pertama yang berbuah isu tidak menjadi kenyataan dan ancaman yang ketiga inilah yang merupakan kenyataan untuk PSSI, FIFA menuduh pemerintah dalam hal ini terlalu mencampuri atau mengintervensi kegiatan PSSI dan perbuatan itu di anggap melanggar peraturan yang sudah tertera dalam statuta FIFA.
   Menarik untuk dibahas dalam artikel ini adalah poin dimana FIFA menyatakan pemerintah mengintervensi PSSI, ini sangat menarik karena PSSI selalu mengatakan mereka badan yang tidak bisa dicampuri oleh pemerintah dalam hal apapun seolah kekuasaannya melebihi negara, aneh bukan? sebuah badan olahraga yang sumber pendanaannya dari APBN, memakai fasilitas negara berupa stadion, dan sebagainya tetapi tidak ingin diawasi kegiatannya oleh negara? dimana logika dasarnya. FIFA tidak benar-benar paham tentang masalah sepakbola indonesia karena mereka memiliki pandangan sama terhadap semua induk organisasi sepakbola di setiap negara, dalam contoh mereka menyamakan pandangan terhadap PSSI dan FA nya inggris sehingga peraturan yang mereka buat itu tidak flexibel dengan perkembangan setiap negara. dalam contoh ini saya jelaskan bahwa FA inggris sudah menjadi contoh untuk semua PSSI di seluruh dunia atas kesuksesannya mengurus sepakbola, dimana FA tidak memakai anggaran negara sebagai penopang bukti nyata bahwa setiap stadion sepakbola di inggris adalah milik swasta dalam hal ini klub sepakbola, FA menetapkan verifikasi yang ketat untuk setiap klub agar dapat mengikuti kompetisi, FA tidak mentolerir sedikitpun kesalahan baik teknis maupun non teknis karena setiap sanksi FA sudah proporsional sesuai apa yang dilanggar, dan sistem organisasi FA pun diakui sebagai yang terbaik. maka wajar apabila pemerintah mengintervensi FA lalu FIFA memberikan hukuman kepada FA, karena FA sudah berjalan sesuai dengan statua FIFA. Akan tetapi PSSI tidaklah seperti itu pada kenyataannya, yang terjadi pada PSSI adalah tidak adanya progres dalam pembinaan sepakbola baik sistem organisasi maupun kualitas dari sepakbola nasional itu sendiri, sebagai bukti perbandingan PSSI tidak pernah mempublikasikan keuangan baik sponsor, hak siar, penjualan tiket, maupun kegiatan operasionalnya seperti yang dilakukan FA dalam hal ini PSSI tidak pernah berkenan untuk di audit, Sistem kompetisi nasional tidak ada satupun yang harus dibanggakan karena memang tidak ada terobosan yang dilakukan PSSI termasuk soal syarat sebuah klub dapat berkompetisipun seperti hanya tulisan yang dihiraukan, selama ini klub-klub indonesia tidak mematuhi syarat yang berlaku sebagai sebuah klub profesional, PSSI selalu berbicara bahwa klub-klub akan menyesuikan diri seiring kompetisi berjalan pada faktanya tidak ada satupun klub yang dapat benar-benar dikatakan profesional sejak revolusi kompetisi yang dilakukan PSSI sejak tahun 2010, klub bola terkesan menggampangkan aturan dan syarat yang berlaku dan PSSI sebagai Induk Organisasi selalu diam seolah tidak menjadi sebuah masalah. Penunggakan gaji, sering berpindah stadion, minimnya sponsor, hak siar yang tidak diketahui, menjadi beberapa bukti bahwa PSSI tidak bekerja sesuai apa diharuskan, apa kerjanya PSSI sehingga sepakbola begitu carut marut? apa yang dilakukan PSSI sampai Training Centre Timnasipun tidak memenuhi kata layak? apa yang diprogramkan PSSI sampai-sampai sejak 1991 timnasi tidak pernah lagi mengenal apa itu PIALA JUARA? sampai kapan PIALA DUNIA hanya menjadi mimpi setiap anak bangsa? sampai kapan sepakbola hanya dijadikan alasan hiburan masyarakat dan sumber kehidupan pemain sehingga melupakan kebanggan untuk negara?
sudah sepantasnya pemerintah turut langsung mengurus permasalahan yang ada di PSSI, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan sanksi yang diberikan FIFA, karena itu hanya berlaku sampai PSSI benar-benar dirubah, ketika sebagian orang masih menyayangkan sanksi FIFA maka kembalilah kita berpikir jernih apa yang kita mau tentang sepakbola indonesia ini? apakah kita hanya mau timnasi itu berpartisipasi dalam event internasional atau kita mengharapkan prestasi yang membanggakan? kalau vakum nya indonesia dalam event internasional menjadi sebuah permasalahan, saudara-saudara bisa melihat apa Prestasi Timnas dalam 2 dekade terakhir? apa yang dibanggakan? kekalahan memalukan dari brunei darussalam,, aib dari sebuah pertandingan melawan bahrain, dipermalukan malaysia di kandang sendiri. itu hanya beberapa hal dari segi prestasi sebagai bukti bahwa PSSI tidak "becus" dalam menata pesepakbolaan nasional, Saat ini sanksi sudah diberlakukan, tidak perlu lagi untuk diperdebatkan siapa yang salah atas sanksi ini, ada beberapa orang berkata bahwa ini adalah permainan politik dari menpora imam nachrawi , ada juga yang berkata menpora paham apa tentang sepakbola? yah bung terlepas dari paham atau tidak itu sudah menjadi tupoksi presiden memilih menterinya, tidak mungkin menteri dipilih tanpa pertimbangan jelas!! itu sudah menjadi pesan untuk bung yang terlalu mudah menjudge orang. Tepat saat ini bulan juni agenda terakhir Timnas di Sea Games Singapura dimana match pertama timnas kalah 2-4 dari myanmar, sudah jadi bukti lagi kalau ternyata myanmar yang lama diatur junta militer pesepakbolaannya mulai berkembang lebih positif tanpa keributan seperti di negeri ini, tidak perlu sombong untuk belajar dari negara lain sekalipun negara itu tidaklah lebih besar. dukung saja kebijakan menpora sekarang karena banyak pesepakbola juga mendukung menpora, namun apabila nantinya kebijakan menpora ini tidak mendapati hasil yang dia janjikan, patutlah diragukan kapasitasnya sebagai menteri, mungkin seperti itu pandangan dewasa kita. Saya pribadi mengharapkan dengan sanksi ini Indonesia bisa lebih jujur lagi terhadap kegiatan dari setiap organisasi bahwa amanah itu harus dijalankan sebaik-baiknya tanpa ada permainan dibelakang, dan untuk FIFA haraplah untuk lebih mengerti problematika sepakbola disetiap negara karena FIFA memiliki perwakilan disetiap negara, statuta yang berlaku haruslah memiliki flexibilitas terhadap perkembangan setiap negara, karena FIFA bukanlah badan yang kaku yang tidak mau memahami setiap permasalahan yang ada di setiap negara.

Penulis : Thaipan Aditya Sandy

No comments:
Write comments

Search This Blog