Elegant Themes

Friday, May 22, 2015

Indonesia Salah Urus 1

       
Akhir-akhir ini banyak  sekali aksi unjuk rasa mahasiswa menuntut turun harga - harga baik bbm, tdl, dan lain sebagainya. Khusus pembahasan tentang BBM karena barang ini merupakan variabel inti dari barang-barang lain, ketika harganya berubah maka harga barang lain pun akan berubah begitulah hukumnya.Sebelumnya patut kita perdalami sebenarnya kenapa BBM ini sekarang jadi akar masalah ekonomi di indonesia.
        Pada waktu 45 tahun lalu eksplorasi migas dimulai dengan gencar di negara ini dimana presiden memberikan kemudahan seluas-luasnya kepada perusahaan yang di dominasi luar negeri (asing) untuk mengeksplorasi minyak bumi dan gas di indonesia, mulai berdatangan perusahaan seperti chevron , shell dan lain sebagainya ke negara ini. Pada saat itu indonesia sangat menikmati hasil dari pengeboran minyak bumi yang melimpah dimana produksi jauh melebihi tingkat konsumsi nasional, swasembada pangan mudah dicapai, harga-harga bahan pokok murah. Tetapi sayang sekali pemerintah saat ini lupa akan kondisi bangsa ini dimasa depan, lupa bahwa minyak bumi bukan barang yang dapat diperbaharui, lupa bagaimana jika suatu saat minyak di negara ini sudah berkurang, lupa akan pertumbuhan penduduk yang tinggi, lupa bagaimana cara memberi pemahaman kepada masyarakat untuk berkontribusi langsung terhadap negara. Pemerintah terlena dengan melimpahnya uang hasil penjualan minyak, keluarga penguasa sangat menikmati kekayaan yang tiba-tiba mereka dapat, pembangunan lima tahun (PELITA) yang menjadi jargon penguasa tidak ada rencana konkrit untuk indonesia 20 atau 30 tahun yang akan datang, pemerintah tidak memikirkan fondasi ekonomi yang kuat agar negara ini berdiri kokoh tidak hanya bergantung pada minyak dan gas saja, masyarakat dimanjakan dengan subsidi yang melimpah tanpa edukasi bahwa suatu saat subsidi itu akan hilang seiring berkembang nya zaman, ternyata apa? masyarakat tidak pernah belajar berusaha mandiri terus berpikir bahwa pemerintah harus memberikan kemudahan tanpa berpikir untuk bekerja keras, tanpa berpikir bahwa kekayaan negara tidak bersifat abadi, masyarakat tidak dibuat sadar bahwa minyak dan gas bukan barang yang dapat di daur ulang.
        Ketika negara ini hanya mengandalkan sektor migas sebagai penopang kehidupan bangsa, muncul sebuah masalah yang dinamakan krisis ekonomi. kenapa bisa negara yg terlihat mapan ekonomi lewat produksi minyak seketika lumpuh dengan gejolak ekonomi dari luar negeri? kemana sang presiden yang di agung-agungkan? mana bukti kalo perekonomian negara ini kuat? perekonomian jatuh tajam pada titik terendah tidak mampu bangkit seperti semula yang disebut MACAN ASIA, kenapa bisa gitu? perlu diperhatikan bahwa pemerintah terdahulu tidak begitu serius memperhatikan hal yang fundamental, pemerintah terdahulu tidak memikirkan indonesia dimasa depan, pemimpin terdahulu tidak berpikir bahwa dia akan lengser, pemimpin terdahulu tidak memikirkan beban pemimpin selanjutnya ketika apa dia wariskan tidak bernilai apa-apa. sekarang banyak tulisan "Penak Jamanku Toh"? dimana letak enaknya? jika definisi enak itu hanya pada tingkat kepuasan masyarakat karena harga-harga murah berarti terkesan pemerintah terdahulu "bodoh" tidak memberikan pengetahuan seluas-luasnya untuk memahami zaman yang enak itu seperti apa, berarti pemerintah terdahulu membodohi masyarakat dengan harga barang yang murah demi kepuasan mereka menikmati uang negara. Zaman yang dibilang enak ternyata tidak mampu menahan krisis ekonomi? lalu apa pantas dibilang enak? lebih baik kita renungkan lagi zaman yang enak itu definisi nya seperti apa.
      Reformasi digulirkan karena memuncaknya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap sang penguasa yang tak lagi memiliki taring untuk membungkam para pengkritiknya, apa imbas reformasi? indonesia kembali memulai dari nol pembanguna multidimensional baik politik, ekonomi, sosial dan budaya, indonesia harus menata kembali dari awal rancangan pembangunan untuk masa depan. di tandai dengan lahirnya institusi anti korupsi seperti KPK, dibuatnya Undang-undang kebebasan pers, penghapusan dwi fungsi abri dan lain sebagainya menjadi pertanda bahwa negara ini siap menyongsong kehidupan yang baru. berjalan nya waktu ternyata reformasi tidak berjalan lancar karena masih adanya sosok-sosok yang akrab dengan masa lalu, sudah terbentuknya pola pikir hidup instan di kalangan masyarakat, sudah terbiasanya masyarakat dengan kehidupan yang serba mudah. kita kembali lagi ke topic BBM, munculnya reformasi sebagai angin pertumbuhan kendaraan di negara ini disertai dengan pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan tingkat konsumsi di negara ini semakin meningkat pesat, akan tetapi produksi minyak terus menurun diakibatkan tidak adanya pembaharuan mesin produksi yaitu kilang minyak karena permainan mafia minyak yang terkesan sudah di legalkan sejak zaman pemimpin terdahulu. 
     Para mafia tidak menginginkan adanya pembuatan kilang baru di indonesia, mereka lebih mengharapkan negara ini mengimpor minyak BBM karena disitulah permainan yang akan mereka mulai untuk mengeruk uang negara dan benar saja seolah mendapat persetujuan dari pemimpin terdahulu budaya curang itu sudah menjadi ombak yang selalu menggerus pembaharuan. Indonesia yang tadinya menjadi negara eksportir berubah menjadi negara importir, perlu diketahui bahwa kilang merupakan tempat pengolahan minyak mentah menjadi BBM hanya terdapat 5 kilang di indonesia yang semua berusia tua. Ketika kilang hanya sedikit maka BBM yang dihasilkan pun sedikit, yang akhirnya impor menjadi solusi untuk mencukupi kebutuhan nasional. Meskipun orang bilang minyak mentah indonesia itu banyak, yang kita pakai itu BBM bukan minyak mentah jadi selama ini yang di ekspor itu minyak mentah ya temen-temen perlu dipahami. Kenapa kondisi ini tercipta dengan bodohnya? karena para mafia itu mengatur harga BBM di indonesia, dimana sejak zaman Soeharto pembelian minyak kebanyakan melalui perusahaan dagang yaitu PETRAL (sekarang sudah dibubarkan 2015 oleh Menteri ESDM ) bisa dibilang itu merupakan sarang mafia kita percayai Tim Reformasi Tata Kelola Migas, petral sudah ada sejak zaman soeharto dan anehnya pusat kegiatannya bukan di indonesia melainkan di Singapura dan Hongkong yang mengakibatkan perusahaan ini sulit untuk di audit oleh badan audit indonesia. Apa imbasnya? ketika konsumsi sangat tinggi sedangkan produksi rendah mengakibatkan impor tinggi dan itu harus disubsidi oleh pemerintah karena untuk meringankan masyarakat. Ternyata subsidi itu bukanlah hal yang selalu positif untuk negara, 330 Triliun tiap tahun hanya untuk dibakar sia-sia mengakibatkan sektor lain terlupakan untuk dibangun. Akan tetapi sulit membentuk pola pikir masyarakat untuk tidak lagi berharap pada subsidi karena sebagian masyarakat terkesan hanya mengandalkan hal itu saja, masyarakat sudah dimanjakan terlalu lama dengan subsidi tapi tidak di imbangi dengan edukasi bahwa negara ini juga membutuhkan sumber pendapatan yang tidak lagi dari sektor migas,pemerintah selanjutkan diwariskan beban yang sangat besar akibat kebodohan dimasa lalu, Habibie, Gusdur, Megawati, SBY, Jokowi dan presiden selanjutnya sudah dibebankan akan subsidi yang akan diberikan kepada masyarakat sedangkan pendapatan negara tidak lah lagi mencukupi untuk memberikan subsidi. ini fakta dan kenyataan bahwa orde baru tidak memikirkan beban pemimpin selanjutnya, orde baru tidak memberikan kemudahan untuk pemimpin selanjutnya, sangat jelas bahwa orde baru tidak memiliki rancangan masa depan apabila mereka tidak lagi berkuasa.
Itu fakta dan kenyataan!!
      Sejak zaman pemerintahan SBY BBM sudah mulai dikurangi subsidinya karena apa? sangat jelas bahwa pemerintah tidak sanggup membiayai subsidi tersebut, di saat minyak tidak lagi memiliki kejayaan, sektor lain belum berkembang karena memang tidak dikembangkan sejak zaman orde baru, tingkat kepatuhan bayar pajak yang sangat rendah (terlepas dari pola pikir untuk apa bayar pajak kalau di korupsi) sangat jelas masyarakat tidak pernah diberikan edukasi tentang kontribusinya untuk negara ini, pemerintah hanya dimanjakan dengan kenikmatan sesaat oleh zaman yang dibilang "Penak" , boleh saja tulisan berisikan "Penak Zaman ku Toh" tapi sangat jelas jika zaman tersebut membunuh pemimpin selanjutnya karena apa? karena sang pemimpin terdahulu tidak sempat berpikir dia akan jatuh, tidak sempat berpikir bahwa akan ada penerusnya untuk memimpin negara ini, yang akhirya presiden-presiden selanjutnya terlilit pandangan yang membuat mereka mau tidak mau harus mengikuti alur pemerintah terdahulu meskipun negara dalam kondisi yang sulit. masyarkat dibuat untuk tidak peduli bahwa negara dalam kesulitan memperoleh pendapatan. pada zaman pemerintahan SBY terlihat negara ini sedikit ada perkembangan positif dari sisi ekonomi secara keseluruhan dimana ketika migas bukan lagi penopang kehidupan bangsa dengan munculnya usaha-usaha kecil menengah membuat penyakit krisis ekonomi tidak mampu menghancurkan lagi negara ini (Krisis finansial 2008) Pak SBY sadar bahwa subsidi membebankan negara akan tetapi dia tidak mampu menyadarkan masyarakat akan itu, kenapa? bukan salahnya melainkan memang sikap masyarakat yang tidak peduli intinya harus ada subsidi sebesar-besarnya tanpa peduli dari mana uang negara, beberapa kali harga BBM di naikkan untuk mengurangi beban negara seakan lagi-lagi meningkatnya konsumsi negara ini (sekarang 1,5 juta Bph dengan produksi kurang dari 800rb Bph), berkali-kali bapak presiden di demo untuk menurunkan harga BBM akan tetapi dia tetap bergeming hanya sekali dia menurunkan harga BBM, akan tetapi sisi negatif zaman ini adalah sama seperti yang dulu-dulunya dimana Mafia minyak masih sangat berpengaruh dalam pemerintahan yang mengakibatkan negara ini tidak berhenti dari impor minyak tidak memikirkan membangun kilang dengan opini yang dibuat oleh mafia bahwa membangun kilang lebih mahal dari pada impor minyak, kartel-kartel minyak yang sudah bersahabat dengan pemimpin orde baru seakan menjadi presiden bayangan di negeri ini dimana keputusannya membuat perubahan di negeri ini yang sayangnya perubahan itu buruk tidak ada sisi baiknya, ada hal menarik pada zaman ini ketika muncul wacana untuk menghapus PETRAL sebagai perusahaan dagang yang bertransaksi dalam pembelian BBM indonesia untuk dikembalikan fungsinya kepada induk perusahaan yaitu PERTAMINA, apa respon pasar? sangat negatif, berbagai opini dibuat oleh mafia bahwa jika petral dibubarkan maka itu sangat merugikan indonesia karena petral sudah sangat terkenal diluar negeri, berbagai ekonom liberal berargumentasi membela petral, efeknya pun terasa dalam pemerintahan dimana proposal pembubaran petral hanya sampai meja presiden tanpa ditandatangani yang akhirnya hanya menjadi arsip sampah istana, kenapa presiden SBY tidak berani? lagi-lagi bukan salah dia, bukan dia tidak berani tapi kondisi memang tidak membuat dia merasa yakin untuk membubarkan petral, ada kondisi dimana mafia itu sangat kuat mempengaruhi masyarakat, mafia dengan mudah membuat opini yang menimbulkan kebencian masyarakat terhadap pemerintah, tidaklah membuat mereka miskin untuk membiaya aksi-aksi demonstrasi menentang pemerintah. kenapa bisa begitu? sudah ada jawaban sebelumnya karena kesalahan urus oleh pemimpin terdahulu dimana mereka terkesan melegalkan praktik mafia tersebut karena mereka memperoleh suatu imbalan dari para mafia yang sudah jelas opini publik menyebut keluarga mereka tidak akan miskin 7 turunan. apa yang mereka lakukan dahulu sangat-sangat merugikan pemimpin negara ini selanjutnya.................
Part 2 selanjutnya ya sabar.


Penulis : Thaipan Aditya Sandy

No comments:
Write comments

Search This Blog