Berikut Analisa Singkat Terkait
Krisis
Di
Dalam Negeri dan Di Luar Negeri Terhadap Tingkat Pengangguran
1. Krisis
Moneter (Multidimensional) Tahun 1998
Berdasarkan data dari badan pusat
statistik (BPS) krisis moneter 1998 menimbulkan dampak yang sangat besar,dimana
selain terjadi resesi atau bahkan depresi ekonomi secara otomatis menimbulkan
pengangguran yang besar. Secara umum berdasarkan data tersebut terjadi
peningkatan pengangguran pada setiap tahunnya dimulai dari tahun 1986 sampai
dengan 2005 (kecuali tahun 1997 dan 2000). Namun yang perlu dicermati akibat
dari krisis moneter 1998 adalah dimana jumlah orang yang bekerja hanya
mengalami peningkatan yang tetap sekitar 1 juta orang pada setiap tahunnya,
sedangkan angkatan kerja yang tersedia jauh lebih besar, sehingga dilihat dari
tingkat partisipasi angkatan kerja dalam periode 1998-2005 yang dirata-ratakan
sebesar 67,6% terjadi peningkatan jumlah pengangguran yang drastis akbiat
krisis tersebut. Meskipun sejak 1986 selalu terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah angkatan kerja dan orang yang bekerja, namun krisis 1998 menimbulkan PHK
besar-besaran sehingga kesempatan orang untuk bekerja sangatlah kurang dan
membuat ketidakseimbangan antara jumlah angkatan kerja dan orang yang bekerja
menjadi lebih besar dari pada periode sebelum krisis moneter terjadi, kondisi
ini terus berlangsung hingga titik puncak dampak dari krisis moneter itu
terjadi pada tahun 2005 dimana pengangguran berada titik tertinggi sejak krisis
moneter dan secara umum sejak 1986 yaitu sebesar 11,90%.
2. Krisis
keuangan tahun 2008
Krisis
yang terjadi pada 2008 dimana banyak negara-negara besar di barat mengalami
resesi ekonomi dan tidak mampu membayar utang-utang yang sudah jatuh tempo,
tentu saja hal ini berdampak kepada indonesia akan tetapi pemerintah indonesia
yang sudah belajar dari krisis sebelumnya dinilai sangat siap menghadapi Krisis
keuangan tahun 2008 sehingga dampak langsung yang terjadi tidak begitu besar
karena Krisis ini terjadi pada sektor keuangan saja bukan multidimensional
seperti tahun 1998. Dapat kita lihat dari data yang dipublikasikan BPS, ketika
terjadi Krisis keuangan 2008 justru tingkat pengangguran terus mengalami
penurunan pada setiap periode tahu berjalannya, 9,43% pada periode februari
2008 dan 9,39% pada periode agustus 2008. Hal ini menunjukan bahwa Krisis
tersebut tidak berdampak langsung pada tingkat pengangguran dimana sudah
dijelaskan bahwa Krisis tersebut hanya terjadi pada sektor keuangan saja. Dan
pada saat itu pemerintah sudah melakukan langkah yang tepat untuk menghadapinya
dengan melakukan penghematan anggaran serta menaikkan harga BBM untuk
mengurangi subsidi yang ditanggung negara, serta perlu diperhatikan UMKM yang
berkembang pesat secara tidak langsung menjadi kekuatan atau penopang perekonomian
sehingga terhindar dari krisis. Karena UMKM (usaha mikro kecil menengah)
melakukan segala transaksi nya di dalam negeri sehingga tidak terlalu
terpengaruh dari apa yang terjadi di luar negeri.
3. Dari
kedua kasus diatas dapat dianalisa bahwa :
Krisis yang terjadi baik di dalam negeri
maupun diluar negeri akan sangat berdampak langsung pada tingkat pengangguran
ketika perekonomian suatu negara tidak memiliki fondasi yang kuat yaitu dengan
hanya mengandalkan sektor padat modal serta melupakan sektor padat karya yang
justru dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi tingkat
pengangguran.
Krisis tidak akan berpengaruh pada tingkat
pengangguran ketika suatu negara lebih memperhatikan sektor padat karyanya
dalam perekonomian, meskipun terjadi krisis itu hanya sampai pada Krisis
Keuangan yang disebabkan salah satunya oleh Neraca transaksi berjalan yang
mengalami defisit, namun tetap bisa dihindarkan melalui kebijakan pemerintah
dalam hal ini fiskal dan moneter, serta sektor padat karya yang menyerap banyak
pekerja akan menghasilkan output yang dapat diekspor sehingga dapat mengurangi
deifsit neraca transaksi berjalan atau bahkan membuat neraca transaksi berjalan
menjadi surplus. kunci sebuah negara dalam menghadapi krisis ekonomi adalah seberapa besar peran pelaku usaha dalam negeri dalam perekonomian negara, ketika fundamental ekonomi sebuah negara lebih besar di dukung dari kegiatan ekonomi baik makro ataupun mikro dalam negeri maka krisis itu lebih mudah dihadapi akan tetapi ketika sebuah negara tidak memperhatikan peran BUMN, UKM, atau bentuk usaha mikro lainnya yang sumber modalnya dari dalam negeri serta menyerap tenaga kerja maka negara tersebut akan menjadi sasaran terdampak krisis ekonomi.
Analisis pribadi
sumber data : BPS Tahun 1992-2013
Analisis pribadi
sumber data : BPS Tahun 1992-2013
No comments:
Write comments