Perubahan
Global Saat Ini
Beberapa perubahan sosial dan politik
belakangan ini terjadi menunjukkan gerakan menuju kompetisi internasional.
Pengaruh peruabahan ini sudah sedemikian rupa dan luasnya, dan banyak diantara
masih berkembang.
1. Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE)
Negara-negara
di eropa mengelola perekonomiannya masing-masing selama bertahun-tahun. Karena
secara geografis negara-negara ini berdekatan, perekonomian mereka menjadi
saling mempengaruhi. Hal ini menciptakan
sejumlah masalah bagi dunia usaha internasional misalnya, regualasi suatu
negara bisa benar-benar berbeda dengan negara lain. Alhasil, mayoritas
negara-negara di Eropa sepakat berpartisipasi dalam masyarakat ekonomi eropa,
yang dimulai ditahun 1992. MEE adalah konfederasi negara-negara eropa yang
sepakat menjalin kerja sama, perdagangan bebas, yang diatur oleh sebuah badan
pengawas yaitu Komisi Eropa. Di bawah MEE, regulasi hukum di negara-negara
peserta semakin seragam dengan asumsi tren MEE menuju pasar bebas
antar-anggotanya terus berlanjut.
2. Nort
American Free Trade Agreement (Nafta)
NAFTA (North America Free Trade
Aggreemnet) merupakan suatu bentuk organisasi kerjasama perdagangan bebas
negara-negara Amerika Utara yang terdiri dari
Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. NAFTA didirikan pada tanggal 12
Agustus 1992 di Washington DC oleh wakil-wakil dari pemerintahan Kanada serta
pemerintahan tuan rumah yaitu Amerika Serikat. Dan diresmikan pada tanggal 1
Januari 1994. Pada dasarnya NAFTA merupakan organisasi yang menjanjikan kemudahan
bagi negara-negara persertanya di bidang ekonomi, mulai dari diberikannya
pembebasan tarif bea masuk bagi komoditi-komoditi tertentu hingga adanya
perlakuan adil terhadap penanam modal asing yang akan menanamkan modalnya di
masing-masing negara peserta.
NAFTA menghilangkan semua batas-batas
nontarif bagi perdagangan sektor pertanian antara Amerika dan Meksiko.
Ketentuan-ketentuan agrikultural Amerika-Kanada digabungkan dengan NAFTA dengan
bergabungnya Meksiko. Dengan ketentuan tersebut semua tarif pada perdagangan
sektor pertanian antara Kanada dan Amerika dicakup oleh tariff-rate quotas
(TRQ’s) dihapus sejak 1 Januari 1998.[4] Tujuan pembentukan NAFTA adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja melalui usaha
menghilangkan berbagai hambatan perdagangan, menciptakan iklim untuk mendorong
persaingan yang adil, meningkatkan peluang investasi, memberikan perlindungan
terhadap hak milik intelektual, dan menciptakan prosedur yang efektif dalam
penyelesaian perselisihan perdagangan antara ketiga negara anggotanya.
3. Pertumbuhan
Asia
Pasar global lain yang menjadi
konsekuensi ekonomi bagi berbagai perusahaan terletak di Asia. Meski jepang
sudah menjadi kekuatan ekonomi dominan selama lebih dari 20 tahun,
negara-negara seperti singapura, hongkong, dan indonesia sudah mulai menjadi
kekuatan baru yang signifikan. Selain itu, Cina dengan populasi lebih dari 1
miliar jiwa dan tren menuju pembukaan pasar bagi investor asing, menawarkan
potensi pasar barang yang luar biasa, bahkan sebuah konsorsium antara
perusahaan dan badan pemerintah singapura telah menjalin kerja sama dengan cina
dan membangun sebuah perkotaan industri raksasa di Suzhou Cina yang akan berisi
pabrik-pabrik siap jadi untuk dijual ke perusahaan-perusahaan asing. Walaupun
belakangan Asia telah menjadi korban resesi ekonomi skala besar yang disebut
sebagai “flu Asia”, diyakini kuat bahwa dalam beberapa tahun Asia akan
mendapatkan kembali posisinya sebagai pasar produk dan investasi yang
menggiurkan.
4. Perjanjian
Umum Tarif dan Perdagangan
GATT
(General Agreement on Tariffs and Trade) atau perjanjian umum tentang
tarif-tarif dan perdagangan didirikan pada tahun 1948 di Genewa, Swiss. Pada
waktu didirikan, GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat sidang terakhir
di Marakesh pada 5 April 1994 jumlah negara penandatangan sebanyak 115 negara.
Kesepakatan dalam GATT yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1948 tertuang dalam
tiga prinsip, yaitu:
a) Prinsip
resiprositas, yaitu perlakuan yang diberikan suatu negara kepada negara lain
sebagai mitra dagangnya harus juga diberikan juga oleh mitra dagang negara
tersebut.
b) Prinsip
most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh memberikan
keistimewaan yang menguntungkan hanya pada satu atau sekelompok negara
tertentu.
c) Prinsip
transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yang dilakukan suatu negara harus
transparan agar diketahui oleh negara lain.
Perubahan ini (MEE, NAFTA, pertumbuhan
Asia, dan GATT) menunjukkan peristiwa yang mendorong perusahaan-perusahaan
untuk bersaing dalam ekonomi global. Perkembangan ini merupakan pasar baru dan
sumber teknologi dan naker baru dengan
cara yang belum pernah teramati sebelumnya. Namun, era meningkatnya kompetisi
internasional ini memperjelas kebutuhan pengelolaan SDM secara efektif untuk
mencapai keunggulan bersaing di pasar global. Hal ini memerlukan pemahaman
faktor-faktor yang dapat menentukan efektivitas berbagai pendekatan dan praktik
MSDM.
Faktor-faktor
yang Memengaruhi MSDM di Pasar Global
Perusahaan yang memasuki pasar global
harus menyadari bahwa pasar-pasar ini bukan sekedar cerminan negara asal mereka. Negara –negara
tersebut memiliki perbedaan dalam berbagai dimensi yang memengaruhi
ketertarikan investasi asing langsung disetiap negara. Perbedaan ini menentukan
visibilitas ekonomi dari pembangunan sebuah operasi di lokasi asing dan juga
memiliki dampak yang kuat terhadap MSDM di lokasi tersebut.
1. Budaya
Sejauh ini faktor
paling penting yang memengaruhi MSDM internasional adalah budaya negara tempat
pabrik atau fasilitas berlokasi. Budaya di definisikan sebagai “serangkaian
asumsi penting yang dipegang oleh anggota suatu komunitas” asumsi ini berisi
keyakinan tentang dunia dan bagaimana aktivitasnya serta idealisme yang layak
diperjuangkan. Budaya adalah hal penting bagi MSDM karena dua alasan. Pertama,
budaya kerap menentukan tiga faktor lain yang memengaruhi MSDM di pasar global.
Budaya dapat sangat memengaruhi hukum suatu negara, karena hukum sering
merupakan kodifikasi benar dan salah seperti yang ditentukan oleh budaya.
Budaya juga memengaruhi modal manusia, karena jika pendidikan sangat dihargai
oleh budaya, maka anggota masyarakat berusaha menaikkan modal manusia mereka.
Namun alasan paling utama mengapa budaya sangat penting bagi MSDM adalah budaya
sering menentukan efektivitas berbagai praktif MSDM.
2. Dimensi
Kultural Menurut Hofstede
Dalam
sebuah studi klasik budaya, Geert Hofstede mengidentifikasi empat dimensi
sebagai dasar klasifikasi berbagai budaya. Dalam penelitian berikutnya, ia
menambahkan dimensi kelimi yang membantu mengarekterisasi budaya. Kelima
dimensi tersebut yaitu,
a) Individualisme
Kolektivisme
b) Jarak
Kekuasaan
c) Penghindaran
Ketidakpastian
d) Masculinity-Feminity
e) Orientasi
Jangka Panjang-Jangka Pendek
3. Implikasi
Budaya terhadap MSDM
Budaya memiliki dampak
penting terhadap pendekatan pengelolaan manusia. seperti yang ditemukan oleh
hofstede, budaya juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan ekonomi suatu
negara dengan mendorong nilai-nilai tertentu yang membantu ataupu menghambat
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, yang lebih penting adalah karakteristik
budaya memengaruhi perilaku manajer dalam hubungannya dengan bawahan, termasuk persepsi kelaiakan
berbagai praktik MSDM. Pertama, budaya memiliki perbedaan kuat dalam hal-hal seperti
bagaimana bawahan menerapkan cara atasannya memimpin, bagaimana keputusan
ditangani dalam hierarki dan apa yang memotivasi individu. Kedua, budaya sangat
memengaruhi kelaikan praktik MSDM. Kesenjangan budaya dapat memengaruhi proses
koordinasi dan komunikasi dalam organisasi sama halnya budaya dapat memengaruhi
sistem kopensasi.
4. Modal
Manusia—Pendidikan
Potensi perusahaan
untuk menemukan dan memelihara angkatan kerja yang berkualitas merupakan hal
penting dalam setiap keputusan perluasan ke pasar asing. Oleh karena itu sumber
daya modal manusia dari suatu negara juga merupakan hal penting bagi MSDM.
Modal manusia mengacu pada kemampuan produktif dari individu yaitu wawasan,
skill, dan pengalaman yang memiliki nilai ekonomi. Level modal manusia dari
tiap negara berbeda-beda, modal manusia dari suatu negara ditentukan oleh
beberapa variabel. Variabel terpentingnya adalah kesempatan pendidikan yang
tersedia bagi angkatan kerja. Modal manusia suatu negara dapat sangat
memengaruhi niat perusahaan asing untuk memasuki negara tersebut. Negara dengan
modal manusia yang rendah menarik dibangunnya fasilitas atau pabrik yang
memerlukan skill dan level gaji yang rendah. Sebaliknya, negara-negara dengan
modal manusia yang tinggi merupakan tempat menggiurkan bagi investasi langsung
yang menciptakan oejerhaab berskill tinggi.
5. Sistem
Politik-Hukum
Regulasi
yang diberlakukan oleh sistem hukum suatu negara dapat sangat memengaahui MSDM.
Sistem politik dan hukum kerap menentukan syarat praktif MSDM tertentu, seperti
pelatihan, kompensasi, pengangkatan, pemecatan dan PHK. Di sebagian besar
kasus, sistem hukum merupakan perkembangan dari budaya yang sudah ada. Oleh
karena itu, hukum suatu negara sering kali mencerminkan norma-norma sosial yang
menilai bagaimana perilaku yang dibenarkan.
6. Sistem
Ekonomi
Sistem
ekonomi suatu negara memengaruhi MSDM dalam beberapa cara. Budaya suatu negara
sangat berkaitan dengan sistem ekonominya, dan sistem ini menyediakan banyak
insentif bagi pengembangan modal manusia. Dalam ekonomi sosialis, terdapat
banyak sekali kesempatan untuk mengembangkan modal manusia karena sistem
pendidikannya gratis. Namun, dibawah sistem ini juga, sedikit sekali insentif
ekonomi untuk mengembangkan modal manusia. Dalam sistem kapitalis terjadi
situasi sebaliknya. Dalam sistem ini, sedikit sekali kesempatan mengembangkan
modal manusia tanpa mengeluarkan biaya tinggi. Bagi mereka yang melakukan
investasi modal manusia individual, terutama melalui pendidikan, mereka akan
meraup peghargaan uang, sehingga insentif investasi ini sangat besar.
Perbedaan
ekonomi ini dapat sangat berdampak terhadap sistem gaji, terutama di perusahaan
global yang ingin mengembangkan kompensasi internasional dan sistem penghargaan
yang menjaga kendali biaya sembari memampukan operasi lokal bersaing dalam
perebutan bakat. Ringkasnya, setiap negara memiliki keragaman budaya, modal
manusia, sistem hukum, dan sistem ekonomi. Keberagaman ini berpengaruh langsung
terhadap tipe sistem MSDM yang harus dikembangkan untuk mengakomodasikan
situasi tertentu. Tingkat pengaruh perbedaan ini terhadap suatu perusahaan
bergantung pada sejauh apa keterlibatan perusahaan tersebut dalam pasar global.
Mengelola Karyawan dalam Konteks
Global
1. Jenis-jenis
Karyawan Internasional
Sebelum membahas level
pertisipasi global, perlu dibedakan terlebih dahulu antara negara induk, negara
tuan rumah, dan negara ketiga. Negara induk adalah negara tempat berdirinya
kantor pusat sebuah perusahaan. Sedangkan, Negara tuan rumah adalah tempat
organisasi negara induk berusaha menempatkan suatu fasilitas. Dan Negara ketiga
adalah negara diluar negara tuan rumah atau negara induk dan sebuah perusahaan
bisa saja memiliki fasilitas disana.
Karyawan dibedakan
menjadi berbagai kategori.
a) Ekspatriat,
adalah istilah yang digunakan untuk karyawan yang dikirim oleh sebuah perusahaan
di sebuah negara untuk mengelola operasi di negara berbeda.
b) Parent
Country Nastionals (PCN), adalah karyawan yang lahir dan tinggal di negara
induk.
c) Host
Country Nastionals (HCN), adalah karyawan yang lahir dan dibesarkan di negara
tuan rumah.
d) Third
Country Nationals (TCN), adalah karyawan yang lahir di negara selain negara
induk dan negara tuan rumah tapi bekerja di negara tuan rumah.
2. Tingkat
Partisipasi Global
Perlu
dipahami berbagai level partisipasi dalam pasar internasional. Hal ini penting terutama
karena ketika sebuah perusahaan semakin lebih terlibat dalam perdangan
internasional, akan muncul berbagai masalah MSDM.
A. Domestik
Mayoritas
perusahaan memulai usahanya dengan beroperasi di dalam sebuah tempat kerja
domestik. Seiring produk memperoleh popularitasnya, pemilik perusahaan dapat
membangun fasilitas tambahan di berbagai belahan dunia untuk mengurangi biaya
pengangkutan produk tersebut dalam jarak jauh. Dalam menentukan lokasi
fasilitas ini, pemilik perusahaan harus memperhatikan tingkat daya tarik pasar
tenaga kerja lokal. Berbagai negara dapat memiliki budaya yang berbeda-beda
menjadikan area tersebut lebih menarik sesuai dengan dengan etos kerja calon
karyawan. Demikian juga, modal manusia di berbagai area dapat sangat beragam
karena perbedaan sistem pendidikan.
B. Internasional
Seiring
semakin banyaknya kompetitor memasuki pasar domestik, perusahaan menghadapi
kemungkinan hilangnya pangsa pasar sehingga kerap kali harus mencari pasar lain
untuk produk mereka. Untuk menemukan pasar ini, perusahaan kerap harus memasuki
pasar internasional, awalnya dengan ekspor produk tetapi akhirnya membangun
fasilitas produksi di negara lain. Keputusan untuk berpartisipasi dalam
kompetisi internasional meningkatkan masalah SDM. Semua masalah terkait penempatan
fasilitas semakin kuat. Manajer harus memperhatikan apakah lokasi tertentu
merupakan tempat dimana SDM dapat diperoleh dan dikelola dengan baik.
C. Multinasional
Jika
perusahaan internasional membangun satu atau beberapa fasilitas di negara lain,
maka perusahaan multinasional memabangun fasilitas di sejumlah negara untuk
menghasilkan biaya produksi dan distribusi lebih rendah di berbagai lokasi.
Biaya produksi yang lebih rendah dicapai melalui penggeseran produksi dari
lokasi berbiaya tinggi ke lokasi berbiaya rendah.
Masalah
MSDM yang dihadapi perusahaan-perusahaan multinasional sama dengan yang
dihadapi internasional, hanya saja kadarnya lebih berat. Alih-alih harus
memperhatikan satu atau dua sistem budaya, modal manusia, hukum dan sistem
ekonomi suatu negara, perusahaan multinasional harus menjawab semua perbedaan
ini di lintas negara. Hal ini mempertegas diperlukannya manajer-manajer yang
mampu bekerja di berbagai lingkungan, memberikan mereka pelatihan yang
diperluakan, dan memberikan sistem kompensasi yang fleksibel yang
memperhitungkan berbagai tarif gaji pasar, sistem pajak, dan biaya hidup.
Perusahaan-perusahaan multinasional sekarang menggunakan banyak inpatriat,
yaitu para manajer dari berbagai negara yang menjadi staf kantor pusat perusahaan.
D. Global
Banyak peneliti
sekarang mengemukakan level integrasi keempat organisasi global. Organisasi
global bersaing dalam hal produk dan jasa kualtias terbaik, dengan biaya
serendah mungkin. Jika perusahaan multinasional berusaha mengembangkan produk
identik yang di distribusikan ke seluruh dunia, perusahaan global semakin
menekankan fleksibilitas dan kustomisasi massal terhadap produk agar mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Perusahaan multinasional biasanya tertarik menempatkan fasilitas di suatu
negara sebagai sarana untuk menjangkau pasar negara tersebut atau menurunkan
biaya produksi, dan perusahaan harus berhadapan dengan perbedaan lintas negara.
Di lain pihak, perusahaan global memutuskan menempatkan suatu fasilitas
berdasarkan kemampuan untuk secara efektif, efisien, dan fleksibel menghasilkan
produk atau jasa dan berusaha menciptakan sinergi melalui perbedaan budaya.
Hal ini menciptakan kebutuhan akan sistem MSDM yang
mendorong produksi fleksibel, siistem MSDM lintas negara dicirikan oleh tiga
atribut yaitu,
a) Lingkup
Transnasional
b) Representasi
Transnasional
c) Proses
Transnasional
Mengelola Ekspatriat di Pasar
Global
Setelah
menyoroti faktor-faktor penting yang memengaruhi MSDM di pasar global.
Faktor-faktor ini dapat memengaruhi keputusan perusahaan untuk membangun
fasilitas di suatu negara. Di samping itu , jika sebuah perusahaan akhirnya
memabangun fasilitas tersebut, faktor-faktor ini sangat memengaruhi praktik
MSDM yang digunakan. Namun demikian, salah satu isu penting yang telah disadari
beberapa tahun dewasa ini adalah masalah yang melekat dalam seleksi, pelatihan,
kompensasi, dan reintegrasi manajer ekspatriat.
1. Seleksi
Manajer Ekspatriat
Salah
satu masalah utama dalam pengelolaan manajer ekspatriat adalah penentuan
individu mana yang paling mampu menangani tugas diberbagai budaya. Para manajer
ekspatriat harus memiliki kompetensi tekni dibidang operasi, jika tidak maka
mereka tidak akan dihargai bawahannya. Kompetensi teknis telah menjadi nyaris
satu-satunya variabel yang digunakan dalam penentuan penugasan ke luar negeri,
terlepas dari fakta bahwa ragam skill diperlukan bagi keberhasilan penugasan
inti. Seorang manajer ekspatriat yang berhasil harus peka terhadap norma budaha
negara bersangkutan, fleksibel beradaptasi terhadap norma tersebut, dan tegar
melaui berbagai kejutan budaya yang tidak terhindarkan. Selain itu manajer
harus menyamakan kamampuan beradaptasi terhadap lingkungan baru ini, kemampaun
beradaptasi ini dikategorikan dalam tiga dimensi yaitu, dimensi diri, dimensi
hubungan, dan dimensi persepsi.
2. Pelatihan
dan Pengembangan Ekspatriat
Begitu
seorang manajer ekspatriat dipilih, hal selanjutnya yang diperlukan adalah
penyiapan manajer tersebut akan penugasan yang akan datang. Dikarenakan
individu ini sudah memiliki skill terkait kerja, sebagian perusahaan hanya
fokus pada pengembangan pelatihan lintas budaya. Sebuah kajian terhadap
literatur pelatihan lintas budaya menemukan hasil yang mendukung keyakinan
bahwa pelatihan lintas budaya memiliki dampak terhadap efektivitas. Walaupun
demikian, terlepas dari hal ini, pelatihan lintas budaya nyaris tidak dapat
dikatakan universal. Berdasarkan sebuah survei di tahun 1995, hampir 40 persen
responden tidak memberikan program penyiapan lintas budaya bagi ekspatriat.
3. Kompenasi
Ekpatriat
4. Reakulturasi
Ekspatriat
Isu terakhir
menyangkut pentingnya pengelolaan ekspatriat adalah proses reakulturasi ketika
manajer kembali ke negara asalnya. Reentry ini bukan perkara sederhana. Kejutan
budaya terjadi sebaliknya. Individu sudah berubah, perusahaan sudah berubah,
dan budaya pun sudah berubah ketika ekspatriat ada di luar negeri. Perusahaan
semakin berupaya keras membantu ekspatriat melalui reakulturasi. Ada dua
karakteristik yang membantu proses transisi ini, yaitu komunikasi dan validasi.
(Penulis : Admin)
No comments:
Write comments