BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Sebuah organisasi tentu memerlukan perencanaan strategis dalam mengembangkan dan
menumbuhkan bisnisnya. Perencanaan strategis ini dapat bersifat sementara
atau pun bersifat jangka panjang. Konsep dasar Total Quality
Management merupakan salah satu acuan dalam Manajemen Strategi
Organisasi. Bagaimanapun juga strategi yang paling handal adalah
mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas. Kualitas dari segala macam
produk dan layanan yang anda miliki sebagai nilai jual kepada pelanggan, stakeholder
atau rekanan.
Dr. Joseph M
Juran salah satu Guru dalam Bidang Manajemen Kualitas memberikan definisi
tentang manajemen kualitas sebagai kumpulan aktivitas dan kegiatan yang
berkaitan dengan kualitas dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kualitas adalah bagian dari
setiap Agenda Manajemen Atas (Top Management). Manajemen
Atas merupakan salah satu Pengendali Organisasi dalam menjalani Visi dan Misi
Perusahaan, dan untuk mencapai Sasaran serta Cita-cita Bisnis yang telah
dicanangkan, maka perlu adanya Agenda Kerja yang terintegrasi di semua lapisan
organisasi.
2. Tujuan dan Sasaran Kualitas
selalu masuk dalam Rencana Bisnis (Business Plan). Tumbuh
Kembang Perusahaan diawali dengan Business Plan yang jelas, setelah Anda
mempunyai Business Model yang akan dijalankan, selanjutnya kelengkapan dari
sisi Infrastruktur dan Substansi Bisnis harus didukung dengan sebuah
Perencanaan yang Strategis. Kualitas menjadi salah satu poin penting
dalam Business Plan.
3. Tujuan dan Sasaran selalu
fokus pada Pelanggan dan Kesesuaian Kompetisi Pasar serta mengacu pada
Peningkatan Kualitas Tahunan. Tidak ada namanya Bisnis jika Anda
tidak melakukan Penjualan. Dan penjualan sangat relevan dengan
pelanggan. Sedemikian Peningkatan Kualitas akan terkait dengan Keinginan
dan Kebutuhan Pelanggan dan Pasar.
4. Sasaran Manajemen Kualitas
selalu disebar dalam Tingkatan Pengambil Tindakan (Execution Level). Rencana yang
Strategis dan Matang tidak akan terwujud dalam sebuah Performa dan Kinerja yang
Sukses jika hanya menjadi Wacana di tingkat Pengambil Kebijakan. Karena
itulah Manajemen Kualitas akan disebarkan diseluruh Pengambil Tindakan atau
Level Eksekusi.
5. Pelatihan atau Training
dilaksanakan disemua Tingkat. Untuk membuat sebuah Rencana
Strategis berhasil diperlukan persamaan persepsi dan pemahaman akan Manajemen
Kualitas. Anda perlu melakukan Sosialisasi dan Pelatihan tentang
Manajemen Kualitas disemua Lapisan Organisasi.
6. Pengukuran Manajemen
Kualitas berlaku menyeluruh di semua level organisasi. Proses yang
berjalan dengan Baik pada akhirnya memberikan Hail yang baik pula, dan untuk
menghindari adanya Penyimpangan dan Penyalahgunaan Wewenang atau Kebijakan,
diperlukan Pengukuran Kerja yang bersifat Periodik ataupun Tentative, sehingga
Manajemen Kualitas bernilai sempurna sejak direncanakan sampai dilaksanakan.
7. Pengawasan atau Monitoring
dari Manajemen Atas terhadap Hasil yang telah dicapai dengan Sasaran yang
diinginkan. Pengukuran akan diimbangi dengan Pengawasan atau
Monitoring. Jika terdapat Kendala yang masih dalam lingkup toleransi,
maka Rencana Strategis masih dapat diteruskan dengan sedikit modifikasi
lainnya.
8. Adanya Penghargaan atau
Reward kepada level dengan Kinerja Terbaik. Bagaimana pun, sebuah Kerja
memerlukan Apresiasi dan Penghargaan. Reward membangkitkan Semangat dan
Passion setiap Karyawan Anda dalam mencapai Kinerja Maksimal.
9. Sistem Penghargaan (Reward)
selalu mengalami Perbaikan dari waktu ke waktu. Setiap Waktu
reward dan penghargaan perlu disesuaikan menurut Situasi dan Kondisi Kerja.
Tidak mungkin penghargaan tahun sebelumnya masih menjadi acuan di tahun ini.
Manajemen
Kualitas adalah fundamental dalam sebuah strategi perusahaan. Ketika
Organisasi selalu bermain dalam lingkungan kualitas yang baik, maka hasil dan
kinerja akan berlaku untuk jangka panjang.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa arti dan
tujuan dari manajemen kualitas?
2. Bagaimana
perencanaan standar kualitas, penentuan dan pengawasannya?
3. Apa itu
inspeksi?
4. Bagaiamana
sistem pengawasan kualitas statistical dan model Jepang?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui arti dan
tujuan dari manajemen kualitas?
2. Mengetahui Bagaimana perencanaan standar
kualitas, penentuan dan pengawasannya?
3. Mendiskripsikan
tenteng inspeksi?
4. Mengetahui Bagaiamana sistem pengawasan
kualitas statistical dan model Jepang?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Manajemen Kualitas
Tujuan manajaemen
operasi adalah membangun sebuah sistem TQM yang mengidentifikasi dan
memuaskan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu sebagaimana dijelaskan oleh
American Siciety for Quality tentang definisi Kualitas (Quality) adalah
”Keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan
kebutuhan yang tampak atau samar”.
Kualitas merupakan kemampuan
suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Terdapat tiga
pendekatan dalam hal ini, yang pertama kualitas berbasis pengguna dimana
kualitas tergantung kepada audiensnya. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh
orang pemasaran dan pelanggan. Yang kedua, kualitas berbasis manufaktur yang
biasanya diterapkan oleh manajer produksi. Dalam pendekatan ini kualitas suatu
barang berarti pemenuhan standar dan membuat produk dengan benar sejak awal.
Yang ketiga adalah kualitas itu berbasis produk yang memandang bahwa kualitas
sebagai variabel yang pesisi dan dapat dihitung.
Pada dasarnya manajemen kualitas (Quality
Management) atau manajemen kualitas terpadu (total quality management)
didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan performansi secara terus
menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi
atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
ISO 8402 (quality
vocabulary) mendefinisikan “manajemen kualitas sebagai semua aktivitas dari
fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas,
tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui
alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian
kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance)
dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab untuk
manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan
oleh manajemen puncak (top management), dan implementasinya harus
melibatkan semua anggota organisasi.”
2.2. Kualitas dan Strategi
Arnold Palmer Hospital
menemukan bahwa kualitas merupakan obat kuat untuk memperbaiki operasi.
Mengelola kualitas membantu mambangun strategi diferensiasi, biaya rendah, dan
respon cepat sukses. Kualitas adalah faktor penentu keberhasilan bagi perusahaan-perusahaan.
Peningkatan kualitas membantu perusahaan meningkatkan penjualan dan mengurangi
biaya yang kemudian akan meningkatkan keuntungan. Peningkatan penjualan sering
terjadi saat perusahaan mempercepat respon mereka, merendahkan harga jual, dan
meningkatkan reputasi mereka dengan produk-produk yang berkualitas.
Meningkatkan kualitas
menurunkan biaya turun karena perusahaan meningkatkan produktivitas dan
menurunkan rework, bahan yang terbuang, dan biaya garansi. Perusahaan
dengan kualitas terbaik lima kali lebih produktif di bandingkan dengan kualitas
yang paling rendah. Kualitas yang rendah berpengaruh terhadap organisasi secara
keseluruhan. Namun dalam hal ini yang terpenting adalah membangun sebuah
organisasi yang dapat mencapai kualitas dan mempengaruhi organisasi secara
keseluruhan.
Suatu strategi kualitas yang
berhasil dimulai dengan lingkungan organisasi yang membantu perkembangan
kualitas yang berhasil dan diikuti oleh pemahaman prinsip kualitas; upaya untuk
melibatkan para pekerja dalam aktivitas yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan kualitas.
2.3. Sejarah Singkat Manajemen
Kualitas
Kalau dibuat semacam periodisasi
sejarah perkembangan manajemen kualitas, maka perkembangan manajemen kualitas
telah dimulai sejak awal tahun 1920 yang dimotori oleh beberapa ahli di bidang
kualitas. Periode ini dapat dikatakan sebagai periode awal yakni 1920-1940.
Pada periode ini manajemen kualitas fokusnya masih sebatas pada inspeksi atau
pengawasan. Pandangan saat itu menyatakan bahwa bila inspeksi dilakukan dengan
baik, maka hasil kerja akan baik pula. Bila hasil kerja baik dalam arti sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan, maka disebut berkualitas.
Berdasarkan pandangan yang demikian,
maka posisi inspektor menjadi penting. Mereka melakukan pengawasan dengan
mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Untuk memudahkan kerja mereka,
maka penggunaan konsep statistik yang dikembangkan untuk dapat diaplikasikan
dalam pengendalian variabel produk seperti panjang, lebar, berat, tinggi, daya
tahan melalui pengambilan sampel untuk menguji penerimaan kualitas produk.
Pemanfaatan konsep statistik di bidang manajemen kualitas saat itu diprakarsai
oleh para ahli seperti Walter A. Stewart, H.F. Dodge, dan H.G. Romig.
Periode kedua (1940-1985). Manajemen
kualitas pada periode awal yang berfokus semata pada inspeksi, ternyata dalam
perkembangannya tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan terkait kualitas,
sehingga juga tidak membuat perusahaan menjadi lebih berdaya saing.
Persoalan-persoalan kualitas yang tak dapat diatasi oleh manajemen kualitas
yang semata berfokus pada inspeksi telah mendorong perubahan pandangan.
Yang dulu dikatakan bahwa persoalan peningkatan kualitas dapat diatasi dengan
inspeksi, berubah menjadi bahw persoalan peningkatan kualitas tidak dapat
diatasi semata dengan inspeksi, namun perlu suatu pengendalian kualitas.
Berdasarkan pandangan yang demikian, maka tanggung jawab kualitas dialihkan ke
bagian quality control independent.
Pada periode kedua ini, pertama kali
diiperkenalkan konsep total quality control oleh Feigenbaun pada tahun
1960 yang kemudian dikembangkan menjadi total quality control
organizationwide di tahun 1970 dan menjadi konsep total quality system pada
tahun 1983. Pengendalian kualitas berkembang menjadi penjaminan kualitas yang
berfokus kepada proses dan kualitas produk melalui pelaksanaan audit operasi,
pelatihan analisis, kinerja teknis, dan petunjuk operasi untuk peningkatan
kualitas. Aspek kualitas mulai dievaluasi melalui penerapan fungsi-fungsi
manajemen kualitas.
Periode ketiga (1985-1990). Pada
masa ini muncul kesadaran bahwa manajemen kualitas hanya akan efektif bila
dilaksanakan secara komprehensif dan holistik. Mulai dari awal proses hingga
hasil akhir, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja di shop floor. Pada
periode ini pula diperkenalkan konsep total quality management. Selanjutnya Total
Quality Management berkembang menjadi learning organization yang
menggunakan filosofi continous quality improvement dan menggunakan
konsep manajemen pengetahuan.
Periode keempat (Abad XX-sekarang). Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi, juga berimbas pada perkembangan pesat di bidang manajemen kualitas. Saat ini, konsep manajemen kualitas berkembang bersama dengan berkembangnya konsep e-learning atau electronics learning. Aplikasi manajemen kualitas menjadi lebih canggih dengan memanfaatkan teknologi informasi. Mulai dari bagaimana persoalan kualitas diidentifikasi, bagaimana perencanaan kualitas disusun hingga bagaimana pengendalian kualitas dilakukan, semuanya dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
Periode keempat (Abad XX-sekarang). Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi, juga berimbas pada perkembangan pesat di bidang manajemen kualitas. Saat ini, konsep manajemen kualitas berkembang bersama dengan berkembangnya konsep e-learning atau electronics learning. Aplikasi manajemen kualitas menjadi lebih canggih dengan memanfaatkan teknologi informasi. Mulai dari bagaimana persoalan kualitas diidentifikasi, bagaimana perencanaan kualitas disusun hingga bagaimana pengendalian kualitas dilakukan, semuanya dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
2.4. Arti Penting
Manajemen Kualitas
Mengapa inti bisnis dalam era
globalisasi yang akan datang harus berfokus pada kualitas? Karena kualitas
dalam era globalisasi telah menjadi harapan dan keinginan semua orang khususnya
pelanggan. Oleh karena itu, para pelaku bisnis dan produsen harus terus
berusaha mengembangkan konsepsi dan teknologi kualitas sejalan dengan trend
globalisasi. Bahkan banyak perusahaan yang secara progresif mencari pola
manajemen yang dianggap paling efektif untuk menyiasati kualitas dalam era
globalisasi. Pola manajemen kualitas yang dianggap paling efektif tersebut
harus mampu menjadi strategi kompetisi yang paling dapat diandalkan.
Keberhasilan organisasi untuk
menjadikan manajemen kualitas sebagai unggulan daya saing harus mempunyai empat
kriteria persyaratan :
1.
Manajemen
kualitas harus didasari oleh kesadaran akan kualitas dan dalam semua kegiatan
harus selalu berorientasi pada kualitas, baik kualitas proses maupun kualitas
produk.
2.
Manajemen
kualitas harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dengan memberlakukan,
mengikutsertakan dan memberi inspirasi kepada karyawan.
3.
Manajemen
kualitas harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat, terutama digaris depan sehingga antusiasme
keterlibatan karyawan untuk mencapai tujuan bersama menjadi kenyataan, bukan
hanya slogan kosong.
4.
Manajemen
kualitas harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip dan
kebijaksanaan dapat mencapai setiap tingkat dalam organisasi.
Salah satu negara yang sangat
berhasil dalam menerapkan manajemen kualitas yang bersifat kemanusiaan adalah
Jepang. Tetapi, manajemen kualitas tidak secara eksklusif hanya akan berhasil
di suatu negara tertentu. Manajemen kualitas dapat berhasil dengan sukses
diorganisasi apapun, berapapun besarnya, apapun kebangsaannya, apapun produk
atau jasanya, apapun industrinya dan apapun peluang pasar yang dilayaninya.
Namun demikian, keberhasilan menerapkan manajemen kualitas sebagai unggulan daya saing tidaklah cukup dengan hanya memenuhi keempat kriteria persyaratan tersebut.
Namun demikian, keberhasilan menerapkan manajemen kualitas sebagai unggulan daya saing tidaklah cukup dengan hanya memenuhi keempat kriteria persyaratan tersebut.
Keberhasilan menerapkan manajemen kualitas ditentukan pula
oleh lima faktor utama, yaitu :
1. Produk atau jasa adalah titik fokus
pencapaian tujuan organisasi.
2.
Produk
atau jasa yang berkualitas tidak mungkin dicapai tanpa kualitas proses.
3.
Kualitas
proses tidak mungkin dicapai tanpa ada organisasi yang tepat.
4.
Organisasi
yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai.
5.
Tidak
mungkin keempat faktor yang lain dapat berhasil tanpa komitmen.
Kelima faktor tersebut menjadi lima
pilar dalam Total Quality Management, yaitu
produk,proses,organisasi,kepemimpinan dan komitmen.
Pada era globalisasi sekarang ini,
persaingan yang sangat tajam terjadi baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional/global. Agar perusahaan dapat berkembang dan paling tidak bisa
bertahan hidup, perusahaan tersebut harus mampu menghasilkan produk barang dan
jasa dengan mutu yang lebih baik, harganya lebih murah, promosi lebih efektif,
penyerahan barang ke konsumen lebih cepat, dan dengan pelayanan yang lebih baik
apabila dibandingkan dengan para pesaingnya.
Kondisi demikian mempunyai arti,
bahwa perusahaan yang akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar yang telah
dipilih harus mampu mencapai tingkat mutu, bukan hanya mutu produknya, akan
tetapi mutu ditinjau dari segala aspek, seperti mutu bahan mentah dan pemasok
harus bagus (bahan baku yang jelek akan menghasilkan produk yang jelek pula),
mutu sumber daya manusia (tenaga kerja) yang mampu bekerja secara efisien
sehingga harga produk bisa lebih murah dari pada harga pesaingnya, promosi yang
efektif (bermutu), sehingga mampu memikat para pembeli sehingga pada gilirannya
akan meningkatkan jumlah pembeli. Mutu distribusi yang mampu menyerahkan produk
sesuai dengan waktu yang dikehendaki oleh pembeli, serta mutu karyawan yang
mampu melayani pembeli dengan memuaskan. Inilah yang dimaksud mutu terpadu
secara menyeluruh (total quality). Banyak perusahaan Jepang yang
memperoleh sukses global, karena memasarkan produk yang sangat bermutu.
Bagi perusahaan/organisasi ingin
mengikuti perlombaan bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain
kecuali harus menerapkan Total Quality Management. Philip Kolter
mengatakan : “Quality is our best assurance of custemer allegiance, our
strongest defence against foreign competition and the only path to sustair
growth and earnings”. Ada hubungan yang erat antara mutu produk (barang dan
jasa), kepuasan pelanggan, dan laba perusahaan. Makin tinggi mutu suatu produk,
makin tinggi pula kepuasan pelanggan dan pada waktu yang bersamaan akan
mendukung harga yang tinggi dan seringkali biaya rendah. Oleh karena itu
program perbaikan mutu bertujuan menaikkan laba.
2.5. Pengaruh Kualitas
Selain sebagai elemen penting dalam
operasi, kualitas juga memiliki pengaruh lain. Ada tiga alasan lain penyebab
kualitas itu penting.
1. Reputasi perusahaan.
Suatu organisasi menyadari reputasi
akan mengikuti kualitas apakah itu baik atu buruk. Kualitas akan muncul sebagai
persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjanya, dan hubungan
pemasoknya. Promosi diri tidak akan dapat menggantikan produk berkualitas.
2. Kehandalan produk
Pengadilan terus berusaha menghukum
organisasi-organisasi yang merancang, memproduksi, atau mendengarkan prouk atau
jasa yang penggunaan nya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan. Peraturan
seperti Consumer produk safety Act membuat standar produk melarang produk yang
tidak dapat memenuhi dtandar tersebut. Makanan yang tidak bersih yang
menyebabkan penyakit, baju tidur yang panas, ban yang mudah pecah,atau tangki
bahan bakar mibil yang dapat meledak pada tekanan tertentu bisa menyebabkan
pengeluaran yang besar dari sisi hukum, penyelesaian kasus atau kerugian yang
memaan biaya besar, dan publiisitas yang buruk.
3. Keterlibatan global
Dimasa teknologi seperti sakarang,
kualita adalah suatu perhatian internasional, sebagaimana halnya MO. Bagi
perusahaan dan negara yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global,
produk mereka harus memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara
global. Produk yang berkualitas rendah akan mengurangi keuntungan perusahaan
dan neraca pembayaran negara.
2.6. Biaya Kualitas
Adalah biaya akibat
melakukan hal yang salah, yaitu harga yang harus dibayar karena tidak sesuai
dengan standar. Ada empat kategori utama yang dikaitkan dengan biaya kualitas,
yaitu:
v Biaya Pencegahan
Biaya yang terkait dengan mengurangi kemungkinan komponen atau
jasa mengalami kerusakan. Contoh:
pelatihan, program peningkatan kualitas.
v Biaya Penaksiran
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses,
komponen, dan jasa. Contoh: biaya pengujian, laboraturium, dan pemriksa.
v Kegagalan internal
Biaya yang diakibatkan oleh produksi komponen atau jasa yang rusak
sebelum diantarkan ke pelanggan. Contoh: rework, scrap, dan waktu
tunggu akibat mesin rusak
v Biaya eksternal
Biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat.
Contoh: rework, barang yang dikembalikan, kewajiban, kehilangan
kepercayaan, dan biaya pada masyarakat.
Tiga biaya pertama yang
disebutkan diatas dapat diperkirakan, namun untuk biaya eksternal sangat sulit
untuk dihitung. Pada kondisi keseimbangan, biaya produk yang berkualitas
hanyalah sebagian dari keuntungan. Philip Crosby dan Genichi berpendapat bahwa
organisasi yang kalah adalah organisasi yang gagal berupaya agresif di bidang
kualitas.
2.7. Etika dan Manajeman
Kualitas
Bagi seorang manajer
operasi, memberikan produk dan jasa yang sehat, aman, dan berkualitas kepada
pelanggan adalah salah satu pekerjaan yang terpenting. Kurangnya proses
desain dan produksi,
pengembangan produk-produk berkualitas rendah tidak hanya mengakibatkan biaya
produksi yeng lebih tinggi tetapi juga dapat menimbulkan kecelakaan, tuntutan
hukum, dan bertambahnya peraturan pemerintah. Jika sebuah perusahaan yakin
telah memperkenalkan sebuah produk yang layak dipertanyakan, maka tindakan
tanggung jawab harus didasari oleh perbuatan etis.
Sebuah perusahaan manufaktur
harus menerima tangggung jawab untuk setiap produk berkualitas rendah atau
produk-produk yang terkontaminasi yang mereka pasarkan kepada masyarakat. Ada
banyak pihak berkepentingan yang terlibat dalam produksi dan pemasaran produk-produk
berkualitas rendah, termasuk pemegang saham, para pekerja, pelangan, pemasok,
distributor dan kreditor. Dalam hal etika, setiap perusahaan harus mengembangkan
nilai inti yang menjadi panduan sehari-hari untuk semua orang.
2.8. STANDAR KUALITAS
INTERNASIONAL
A. ISO 9000
Kualitas secara global
sangat penting sehingga dunia bersatu menciptakan kualitas, ISO 9000. ISO 9000
adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang
dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi. ISO 9000 pertama
kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC
inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu.
ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin
bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk
organisasi.
B. Sertifikasi ISO 9000
Untuk memiliki sertifikat
ISO 9000, suatu organisasi harus melalui proses selama 9 hingga 18 bulan yang
mencakup dokumentasi prosedur kualitas, penilaian lapangan, dan serangkaian
audit yang terus berjalan terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya.
C. Manfaat ISO 9000:
Aspek Konsistensi Pelaksanaan dan Pengawasan:
1. Memberikan pendekatan praktik yang sistematis untuk manajemen
mutu.
2. Memastikan konsistensi untuk memelihara mutu produk/jasa.
3. Menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu lebih
lanjut dengan membakukan proses guna memastikan konsistensi dan mampu menelusuri
serta meningkatkan hubungan antar fungsi yang mempengaruhi mutu.
Aspek Pengendalian
Pencegahan :
1. Menentukan secara jelas tanggung jawab dan wewenang dari personel kunci
yang mempengaruhi mutu.
2. Mendokumentasikan prosedur secara baik dalam menjalankan operasi dan
proses bisnis penyedia jasa atau pabrik/industri.
3. Menerapkan sistem dokumentasi yang efektif melalui mekanisme audit
mutu internal dan tinjauan manajemen yang berkelanjutan.
Aspek Pertumbuhan dan
Pengembangan :
1. Sebagai sarana pemasaran.
2. Dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen/pelanggan.
3. Dapat meningkatkan citra dan daya saing perusahaan.
4. Dapat meningkatkan produktifitas mutu jasa/produk.
5. Dapat memberikan pelatihan yang sistematik kepada staf melalui
prosedur dan instruksi yang baik.
6. Mengantisipasi tuntutan konsumen atas mutu produk dan tingkat
persaingan bersama
7. Sebagai dasar/pondasi yang mantap untuk pengembangan mutu selanjutnya
menuju manajemen mutu terpadu.
D. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9000
v Prinsip 1: Fokus Pada
Pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus memenuhi
kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan.
v Prinsip 2: Kepemimpinan
Pimpinan puncak organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah
dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal
agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
v Prinsip 3: Pelibatan
Orang
Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari
suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
v Prinsip 4: Pendekatan
Proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien,
apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu
proses. Suatu proses mengubah masukan (input) terukur kedalam keluaran (output)
terukur melalui sejumlah langkah berurutan yang terorganisasi.
v Prinsip 5: Pendekatan
Sistem Pada Manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses
yang saling berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan kontribusi pada
efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
v Prinsip 6: Perbaikan
Berkesinambung
Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan
berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya
terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk
memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung
membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis
dari sistem manajemen mutu.
v Prinsip 7: Pendekatan
Fakta Pada Pengambilan Keputusan
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data
dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga
masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan
manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi
dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
v Prinsip 8: Hubungan
Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan
suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah.ISO memperbaharui standarnya pada tahun 2000 menjadi
lebih seperti sistem manajemen kualitas yang lebih terperinci dan disebut ISO
9001:2000.
E. ISO 14000
Proses internasionalisasi
kualitas yang terus terbukti dengan dikembangkannya ISO 14000. ISO 14000
merupakan standar manajemen lingkungan yang mengandung lima elemen pokok:
manajemen lingkungan, audit, evaluasi kinerja, pelabelan, dan penilaian siklus
hidup. Standar baru ini memiliki
beberapa kelebihan:
v Citra publik yang positif dan ekspos yang berkurang terhadap
kewajibannya
v Pendekatan sistematis yang baik untuk pencegahan polusi melalui
minimalisasi dampak ekologis dari produk dan aktivitas perusahaan
v Ketaatan dengan persyaratan peraturan dan peluang untuk mendapatkan
keunggulan
v bersaing
v Berkurangnya kebutuhan untuk melakukan audit majemuk
F. Sertifikasi ISO 14000
Agar suatu organisasi
dianugerahi ISO 14000 mereka harus diaudit secara eksternal oleh badan audit
yang telah terakreditasi. Badan sertifikasi harus diakreditasi oleh ANSIASQ,
Badan Akreditasi Nasional di
Amerika Serikat, atau Badan Akreditasi Nasional di
Irlandia.
G. Manfaat ISO 14000:
1. Pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam
organisasi
2. Untuk menyediakan peralatan yang berguna dan bermanfaat dan
fleksibel sehingga mencerminkan organisasi yang baik.
3. Dapat mengidanfikasi, memperkirakan dan mengatasi resiko
lingkungan yang mungkin timbul.
4. Dapat menekan biaya produksi, dapat mengurangi kecelakan kerja,
dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah dan pihak – pihak
yang peduli terhadap lingkungan.
5. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen
puncak terhadap lingkungan.
6. Dapat meningkat citra perusahaan,meningkatkan kepercayaan konsumen
dan memperbesar pangsa pasar.
7. Menunjukan ketaatan perusahaan terhadap perundang – undangan yang
berkaitan dengan lingkungan.
8. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
9. Dapat meningkatakan otivasi para pekerja.
H. Prinsip Pokok Elemen ISO 14000
v Prinsip Pertama, Organisasi
harus menetapkan kebijakan lingkungan dan memastikan memiliki komitmen terhadap
SML
v Prinsip Kedua, Organisasi
harus menyusun rencana untuk menaati kebijakan lingkungan yang ditetapkan
sendiri.
v Prinsip Ketiga Implementasi dan Operasi, Agar terlaksana dengan efektif, organisasi harus mengembangakan kemampuan
dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk menaati kebijakan lingkungan,
tujuan dan sasaran manajemen.
v Prinsip keempat: pemeriksaan dan koralasi, Organisasi harus memeriksa, memantau dan mengorelasi kinerja
lingkungan.
v Prinsip kelima: kaji ulang manajemen, Organisasi harus mengkaji ulang dan terus menerus memperbaiki
standart manajemen lingkungan dengan maksud untuk menyempurnakan kinerja
lingkunga yang telah dicapai.
2.9. TOTAL QUALITY MANAGEMENT
(TQM)
Total Quality Management (TQM) mengacu pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi
keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan komitmen
manajemen untuk mendapatkan
arahan perusahaan yang ingin terus meraih keunggulan dalam semua aspek produk
dan jasa penting bagi pelanggan. Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan
berkualitas, yaitu :
v Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
v Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
v Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap
berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
v Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.
A. Manfaat Program TQM
TQM sangat bermanfaat baik
bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.Manfaat TQM bagi
pelanggan adalah:
v Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau
pelayanan.
v Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih
diperhatikan.
v Kepuasan pelanggan terjamin.
Manfaat TQM bagi institusi
adalah:
v Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
v Staf lebih termotivasi
v Produktifitas meningkat
v Biaya turun
v Produk cacat berkurang
v Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Manfaat TQM bagi staf
Organisasi adalah:
v Pemberdayaan
v Lebih terlatih dan berkemampuan
v Lebih dihargai dan diakui
Manfaat lain dari
implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di masa yang akan
datang adalah:
v Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya
sekedar pengikut (follower).
v Membantu terciptanya tim work.
v Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan.
v Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap
perubahan.
v Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah.
Tujuh konsep program TQM
yang efektif yaitu perbaikan berkesinambungan, Six Sigma, pemberdayaan pekerja,
benchmarking, just-in-time (JIT), konsep Taguchi, dan pengetahuan
perangkat TQM
1. Perbaikan
Berkesinambungan
TQM membutuhkan perbaikan
berkesinambungan yang tidak pernah berhenti yang mencakup orang, peralatan,
pemasok, bahan, dan prosedur. Dasar filosofi ini adalah setiap aspek dari
operasi perusahaan dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah kesempurnaan yang
tidak akan pernah dapat diraih, tetapi selalu diupayakan.Walter Shewhart,
pelopor manajemen kualitas, mengembangkan sebuah model lingkaran yang dikenal
sebagai PDCA (plan, do, check, act) yang menurutnya adalah suatu perbaikan
berkesinambungan versinya sendiri.
2. Six Sigma
Six sigma adalah program
untuk menghemat waktu, meningkatkan kualitas, dan menurunkan biaya. Six sigma
juga merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yaitu suatu strategi karena
berfokus pada kepuasan pelanggan total, disiplin karena mengikuti six sigma improvement
model formal, dan sekumpulan perangkat (lembar perangkat, diagram sebabakibat, diagram
pareto, diagram alir, histogram, dan statistical process control/SPC) untuk memperoleh
dan mempertahankan kesuksesan dalam bisnis.
a. Metodologi Six Sigma
Untuk melakukan peningkatan
terus menerus menuju target Six Sigma dibutuhkan suatu pendekatan yang
sistematis, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientific
and fact based)dengan menggunakan peralatan, pelatihan dan pengukuran
sehingga ekspektasi dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi (Simon, 2005). Saat
ini terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan dalam Six Sigma, yaitu :
v DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control,
Metodologi DMAIC digunakan
saat sudah terdapat produk atau proses di perusahaan, namun belum dapat
mencapai spesifikasi yang ditentukan oleh pelanggan.
1.
Define, menentukan tujuan proyek dan ekspektasi pelanggan.
2.
Measure, mengukur proses untuk dapat menentukan kinerja sekarang atau
sebelum mengalami perbaikan.
3.
Analyze, menganalisa dan menentukan akar permasalahan dari suatu cacat
atau kegagalan.
4.
Improve, memperbaiki proses menghilangkan atau mengurangi jumlah cacat
atau kegagalan.
5.
Control, mengawasi kinerja proses yang akan datang setelah mengalamai
perbaikan.
v DMADV (Define, Measure, Analyze, Design and Verify)
Metodologi DMADV dapat
digunakan pada tempat / perusahaan yang belum terdapat produk maupun proses
atau pada perusahaan yang sudah memiliki produk maupun proses dan sudah
dilakukan optimisasi (menggunakan DMAIC ataupun metode yang lain) namun tetap saja
tidak bisa mencapai level spesifikasi yang ditetapkan berdasarkan pelanggan atau
sigma level.
1.
Define, menentukan tujuan proyek
2.
Measure, mengukur dan memutuskan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan.
3.
Analyze, menganalisa beberapa proses pilihan yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
4.
Design, merancang proses secara terperinci yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
5.
Verify, menguji kemampuan dan kekuatan hasil rancangan agar sesuai
dengan kebutuhan pelanggan.
3. Pemberdayaan Pekerja
Pemberdayaan pekerja berarti
melibatkan pekerja pada setiap langkah proses produksi. Secara konsisten,
literatur bisnis menyatakan 85% permasalahan kualitas terletak pada bahan dan
proses, bukan pada kinerja pekerja. Oleh karena itu, tugas yamg diperlukan adalah
merancang peralatan dan proses yang dapat memproduksi kualitas yang diinginkan.
Saat terjadi ketidakcocokan kualitas, kesalahannya jarang terletak pada para pekerja.
Entah produknya dirancang dengan salah atau pekerjanya tidak dilatih dengan
benar. Walaupun pekerja dapat membantu menyelesaikan masalah, jarang terjadi
kasus dimana pekerja yang menyebabkan masalah tersebut. Teknik untuk
memberdayakan pekerja yaitu :
1. Membina jaringan komunikasi yang melibatkan pekerja
2. Membentuk para penyelia yang bersikap terbuka dan mendukung
3. Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan tsaf kepada para
pekerja di bagian produksi
4. Membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi
5. Menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim-tim dan
lingkaran-lingkaran kualitas
4. Benchmarking
Benchmarking merupakan pemilihan standar kinerja yang mempresentasikan kinerja terbaik
dari suatu proses atau aktivitas. Benchmarking meliputi pemilihan standar
produk, jasa, biaya atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari
proses atau aktivitas serupa dengan proses atau aktivitas Anda. Langkah
menetapkan benchmark antara lain:
1.
Menetapkan apa yang akan
dijadikan benchmark
2.
Membentuk tim benchmark
3.
Mengiden tifikasi
mitra-mitra benchmark
4.
Mengumpulkan dan
menganalisis informasi benchmark
5.
Mengambil tindakan untuk
menyamai atau melebihi benchmark.
Ukuran-ukuran kinerja khusus
yang digunakan dalam benchmark meliputi persentase cacat, biaya per unit atau
per pesanan, waktu proses per unit, waktu respon layanan, imbal hasil
investasi, tingkat kepuasan pelanggan, dantingkat ingatan pelanggan. Benchmarking
internal dilakukan saat sebuah organisasi cukup dan memiliki bayak divisi atau
unit bisnis. datanya biasanya jauh lebih mudah diakses daripada data dari luar perusahaan
luar dan terdapat suatu unit internal yang memiliki kinerja lebih tinggi dan
dapat diteladani.
5. Just in Time (JIT)
Konsep JIT diadakan untuk
perbaikan berkesinambungan dan penyelesaikan masalah. Dalam konsep JIT, barang
diproduksi dan diantarkan saat mereka dibutuhkan (saat ada permintaan). JIT
berkaitan dengan kualitas dalam tiga hal:
1.
JIT memangkas biaya
kualitas. Hal ini terjadi karena rework, scrap, investasi persediaan dan biaya
akibat barang yang rusak berkaitan langsung dengan persediaan yang ada. Dengan
penerapan JIT berarti hanya terdapat sedikit persediaan, biayanya juga lebih
rendah. Selain itu, persediaan menyembunyikan kualitas yang buruk.
2.
JIT meningkatkan kualitas.
Karena mempersingakat lead time, JIT juga menjaga bukti kesalahan tetap
baru dan membatasi jumlah sumber kesalahan yang potensial. Oleh karena itu, JIT
menciptakan sebuah sistem peringatan akan adanya permasalahan kualitas, baik
dalam perusahaan maupun dengan para penjual.
3. Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit,
serta sistem JIT yang lebih baik dan mudah digunakan. Tujuan memiliki
persediaan adalah melindungi kinerja produksi yang buruk yang disebabkan oleh
kualitas yang tidak dapat diandalkan. Jika kualitasnya konsisten, maka JIT
membuat perusahaan dapat mengurangi semua biaya yang terkait pada persediaaan.
6. Konsep Taguchi
Genichi Taguchi memberikan
tiga konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas produk dan proses, yaitu ketangguhan
kualitas (quality robustness), fungsi kerugian kualitas (quality loss
function-QLF) dan kualitas berorientasi sasaran (target-oriented quality)
Produk berkualitas tangguh (quality robust) adalah produk yang dapat
diproduksi secara beragam dan konsisten dalan segala kondisi manufaktur dan
lingkungan yang kurang baik dan bukan menghilangkan penyebabnya. Taguchi
menyarankan bahwa menghilangkan pengaruh biasanya lebih murah daripada
menghilangkan penyebab, dan lebih efektif dalam memproduksi produk yang
tangguh. Dengan cara ini, variasi kecil dalam bahan dan proses tidak akan
mengganggu kualitas produk.
Quality loss function (QLF) mengidentifikasikan semua biaya yang berkaitan dengan kualitas
rendah dan menunjukan bagaimana biaya ini meningkat jika kualitas produk
semakin jauh dengan keinginan pelanggan. Biaya ini tidak hanya meliputi
ketidakpuasan pelanggan, tetapi juga biaya garansi dan jasa, biaya pemeriksaan
internal, perbaikan, scrap, dan biayabiaya yang dianggap sebagai biaya bagi
masyarakat. Kualitas berorientasi sasaran (targetoriented quality) merupakan
sebuah filosofi perbaikan terus menerus untuk membuat kualitas produk tepat
sesuai dengan sasaran.
7. Perangkat TQM
Lembar periksa, adalah suatu
formulir yang dirancang untuk mencatat data. Karakteristik
v Data dapat dicatat dengan mudah.
v Data dapat dipahami dengan mudah.
v Mencegah terjadinya data hilang (missing data).
v Dapat menentukan sumber persoalan.
v Memungkinkan pemecahan persoalan dengan cepat.
v Dipakai untuk memeriksa beberapa item secara bersamaan.
v Memungkinkan pengklasifikasian/penstrataan data.
2.10. Peranan Inspeksi
Sebuah sistem operasi yang
baik mempunyai suatu pengendalian atas proses yang dilakukan. Tugas manajemen
operasi bukan hanya membuat sistem-sistem, namun juga memastikan sistem
tersebut memenuhi standar dengan inspeksi.
Inspeksi ialah suatu cara memastikan operasi telah mencapai kualitas yang
diharapkan. Inspeksi meliputi pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau
pemeriksaan produk dengan tujuan menemukan proses yang buruk sesegera mungkn.
Perlu diingat, inspeksi tidak memperbaiki kekurangan dalam sistem atau atau
cacat pada produk atau mengubah suatu produk dan meningkatkan nlainya. Inspeksi
hanya berfungsi menemukan kekurangan atau cacat.
Inspeksi utamanya berfokus
pada dua masalah besar, yaitu :
(1) Kapan inspeksi dilakukan
(2) Dimana inspeksi dilakukan, Memutuskan kapan dan dimana inspeksi dilakukan bergantung pada
jenis proses dan nilai tambah pada setiap tahap.
Inspeksi dapat dilakukan
pada salah satu tuitik berikut:
1. Di pabrik pemasok saat pemasok melakukan proses produksi.
2. Saat menerima produk dari pemasok (supplier).
3. Sebelum melakukan proses yang mahal dan tidak dapat dikembalikan.
4. Selama tahap-tahap proses produksi.
5. Saat produk selesai dibuat.
6. Sebelum pengantaran ke konsumen.
7. Pada titik kontak dengan pelanggan.
Meski begitu, inspeksi
bukanlah solusi sempurna yang tidak memiliki kekurangan. Pada suatu percobaan,
110 produk cacat digabungkan dengan lot produk yang sempurna kemudian
dilakukan inspeksi.
Hasilnya, pada inspeksi pertama, pengawas hanya menemukan 68 barang
cacat, tiga kali tahap
inspeksi untuk menemukan 30 barang cacat berikutnya, dan 2 barang cacat tidak
pernah ditemukan. Karena itu, proses yang baik dan pemberdayaan pekerja merupakan
solusi yang lebih baik daripada melakukan inspeksi. Inspeksi terbaik adalah
inspeksi yang dilakukan pada sumber produksi. Hal ini disebut inspeksi sumber.
Idenya adalah setiap pemasok, proses, dan pekerja memperlakukan langkah berikutnya
dalam proses sebagai pelanggan sehingga memastikan produknya tiba dengan sempurna
di pelanggan sebenarnya.
Inspeksi dapat dibantu
dengan dengan penggunaan daftar periksa dan pengendalian seperti perangkat yang
aman dari kesalahan yanag disebut poka-yoke. Poka-yoke adalah alat atau teknik bebas kesalahan yang
memastikan produksi produk yang baik setiap saat. Contohnya mulut selang pompa
bensin, ukuran standar kartos kentang gorang di McDonald’s, dan perlatan paket
operasi di rumah sakit. Pada organisasi berorientasi jasa, titik inspeksi
ditetapkan pada lokasi yang luas. Inspeksi terbagi dua berdasarkan
karakteristik kualitas. Inspeksi
atribut adalah inspeksi yang menggolongkan barang cacat atau baik tanpa
mencantumkan keterangan derajat kecatatan. Inspeksi
variabel adalah
inspeksi yang menggolongkan barang ke dalam suatu kontinum seperti dimensi,
ukuran, berat, kecepatan, dan kekuatan. digunakan dalam cara yang terbaik
untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan.
2.11. Sistem
Pengawasan Kualitas Statistikal dan Model Jepang
Terdapat 2
elemen yang perlu dilakukan pengawasan (dilihat dari sistem operasi) yaitu:
1. Pengawasan
input → yang dilakukan dengan sampling penerimaan (acceptance sampling). Untuk menentukan
diterima/ditolaknya suatu item, seperti dalam menerima bahan baku, komponen
atau sub komponen.
2. Pengawasan
proses transformasi → dilakukan dengan pengawasan proses (process control).Dilakukan
secara teratur pada saat proses sedang berlangsung untuk menentukan apakah
elemen sistem mengalami kerusakan atau salah fungsi.
Tipe
pengawasan yang bisa digunakan baik pada pengawasan proses maupun sampling
penerimaan adalah melakukan:
1. Pemeriksaan
terhadap variabel (control by variable) → berkaitan dengan berat,
panjang, derajat, intensitas atau variabel lain yang dapat diskala.
2. Pemeriksaan
terhadap atribut (control by attribute) → mempertimbangkan variabel
dikotomi, seperti benar-salah, baik-cacat, tepat waktu-terlambat, berat-ringan,
panas-dingin, lemah-kuat, panjang-pendek, dan karakteristik lain yang tidak
perlu diukur dengan ketepatan yang lebih selain ya atau tidak.
Selanjutnya,
kami akan membahas mengenai konsep manajemen dan organisasi yang dikembangkan
dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi. Konsep tersebut adalah Total
Quality Control (Pengendalian Mutu Terpadu) diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran dan
Dr. E.W. deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaoru Ishitawa dengan
menerapkan Quality Control Circle (QCC) atau gugus Kendali Mutu (GKM).
GKM adalah
salah satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja
industri/jasa. Terbukti bahwa salah satu factor keberhasilan industrialisasi di
Jepang adalah penerapan GKM secara efektif. Karena keberhasilan ini, sejumlah
negara industri maju dan sedang berkembang termasuk Indonesia, menerapkan GKM
diperusahaan-perusahaan industri guna meningkatkan mutu, produktivitas dan daya
saing. GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dar 3 – 8 orang dari
unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan
mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat
kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
GKM
merupakan bagian integral dari PMT dalam suatu organisasi. Tujuan GKM ini
adalah untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan / instansi
terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam
arti luas.
Terima kasih mas atas penjelasannya. Quality is number one. Mungkin kita bisa sharing ilmu mas tentang teknik industri. Kebetulan saya juga sedang aktif menulis blog
ReplyDeletehttps://teknik-industri-rachman.blogspot.com/
Nice post kunjungi juga Webillian.com
ReplyDelete